Mencintai Pekerjaan


Catatan: Tolong dibaca sampai akhir tulisan, ya.


Pernah merasa bosan dan akhirnya merasa tidak bahagia dengan rutinitas pekerjaan yang kita tekuni selama ini? Jika jawabannya: “ya”, maka kita perlu mencari penyebabnya; mengapa bisa demikian?

Yang pertama-tama harus dicek apa yang membuat kita bosan dan/atau tidak bahagia? Apakah jenis pekerjaan itu yang membuat kita bosan? Jika demikian, coba cek lagi apakah pekerjaan itu adalah pekerjaan yang kita sukai/cintai? Jika jawabannya: “bukan/tidak”, maka kita harus berhenti di sini dulu: apakah pekerjaan yang tidak kita sukai/cintai itu bisa diganti dengan pekerjaan yang kita sukai? Jika bisa dan memungkinkan, segeralah menggantinya. Pasti ada yang menjawab, “Bagaimana ya, kan itu sudah menjadi pekerjaan tetap saya saat ini?” atau "Tidak mudah lho mencari pekerjaan saat ini!" Tapi kalau kita sudah tidak bahagia dan terus-terusan merasa bosan, itu akan menambah stress dalam hidup kita, bukan?

Jadi, ya, mengganti pekerjaan. Ada yang mengistilahkannya dengan “tobat profesi”. Artinya, kita bisa beralih ke pekerjaan lainnya atau dengan kata lain, berhenti dari pekerjaan/profesi tersebut dan mencari serta melakukan pekerjaan yang lebih kita sukai dan cocok dengan kita. Sesuatu yang dikerjakan dari hati pasti sangat menyenangkan, dan kita pun merasa enjoy melakukannya. Kita tidak merasakan pekerjaan itu sebagai beban pekerjaan lagi, tapi sudah menjelma menjadi hobi yang sangat kita gemari dan jauh dari rasa bosan serta ketidakbahagiaan.

Memang akan ada pertimbangan-pertimbangan lain untuk berhenti dari pekerjaan kita itu—istilahnya: tidak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi jika pekerjaan itu sudah dilakoni selama bertahun-tahun. Jadi, kalau pada akhirnya kita tidak bisa memilih atau memutuskan dengan segera untuk beralih ke pekerjaan lain, maka berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk mencintai pekerjaan itu, disertai doa tulus ikhlas agar kita menjadi bahagia karenanya.* (WONN)

Comments

Popular posts from this blog

The Importance of Reading: Japanese Reading Habits

Saat-Saat Tertawa Bersama Ayah