Semaraknya Perayaan Tahun Baru Imlek di SKM (4): Ramaikan Festival Perang Air "Cian Cui" - Hanya Ada di Selatpanjang!
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigVEYQuOdL83XFiiC52l2hctyM359AT8Y1xHlQeyNLqK2w19fQkSm8ltkcqOg3rsNyrq2nNH-AQaBRsyTdvn03LamAK0zG2egtJrV-Jv7n3sUMjPQX23QhvrNR3yiydH50VBycTj1zMYrb/s200/IMG-20190209-WA0000.jpg)
Jadi, selain
warga lokal, festival ini setiap tahunnya juga selalu ramai diikuti dan
disaksikan oleh wisatawan, dimana tahun ini total wisatawan berjumlah lebih dari
20 ribuan orang dari dalam dan luar negeri yang memadati rute dan jalan-jalan
yang telah ditentukan oleh panitia penyelenggara. Festival Perang Air yang berhasil meraih Penghargaan
Pesona Indonesia Kategori Ivent Wisata Paling Kreatif dan Populer di Indonesia
ini, juga tercatat di Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) atas rekor sebagai Perang
Air Peserta Terbanyak! Wow!
Sekolah
Kasih Maitreya (SKM) Selatpanjang pun tidak ingin ketinggalan untuk mengambil
bagian dari peristiwa setahun sekali ini. Para pengelola sekolah, guru dan juga
karyawan ikut berpartisipasi dalam “Cian Cui” dengan mengendarai beberapa becak
motor yang telah disewa untuk berkeliling rute “Cian Cui” yang sudah
ditetapkan.
Bagaimana
sih keasyikan mengikuti “Cian Cui” ini? Bagi guru-guru baru SKM, tentu ini
merupakan pengalaman pertama mereka yang mendebarkan, hehe... Dan bagi guru
atau karyawan SKM yang sudah lama mengabdi di SKM dan berdomisili di
Selatpanjang, kesempatan untuk mengikuti Festival “Cian Cui” adalah hal yang
akan selalu ditunggu-tunggu. Kesan-kesan mereka dalam mengikuti festival ini beragam.
Mulai dari keseruannya karena menyatu dengan orang-orang yang tidak dikenal dan
diliputi suasana yang begitu ramai serta dipadati oleh penduduk lokal dan para
wisatawan yang turun ke jalan-jalan, hingga rasa senang yang membuncah karena
kegembiraan bisa saling berperang air—menyiramkan air dan disirami atau
disemprot air. Bahkan pengalaman yang pasti sangat mendebarkan adalah apabila
sampai terjadi kemacetan di jalur Perang Air, maka tunggulah saatnya peserta
akan kena semprotan atau siraman air yang bertubi-tubi dari segala arah! J
Sejak
Festival Perang Air diadakan tahun 2013, terdapat beberapa kendala keamanan dan
ketertiban. Olehnya, penggagas Festival
Perang Air AKBP Pandra dan beberapa elemen masyarakat menetapkan peraturan
untuk kegiatan ini, yakni antara lain: kegiatan berlangsung setelah Salat Asar
dan berakhir sebelum Salat Maghrib atau sejak pukul 16.00 hingga pukul 18.00, saat
kegiatan siram-menyiram air berlangsung tidak diperbolehkan menggunakan botol
plastik dan tidak menggunakan perhiasan atau barang-barang berharga, panitia kemudian
mengumumkan kepada warga melalui media maupun imbauan dari Bhabinkamtibmas agar
peraturan ini dapat dipatuhi semua pihak. Selain itu, ada satu syarat lagi yang penting.
Para partisipan Festival Perang Air tidak boleh protes atau marah atas apa pun
yang menimpa mereka, entah itu karena basah kuyup atau menderita sakit pada
anggota tubuh (misalnya pada kulit dan mata) karena tekanan semprotan air dari
pipa air yang cukup kuat (dari segala arah). Namun ya, di sinilah letak
keseruannya!
Oya,
meskipun Festival Perang Air dilaksanakan di awal Tahun Baru Imlek, akan tetapi
kegiatan ini sama sekali bukan ritual agama. Menurut
sejarahnya, yang dikutip dari penjelasan Bupati Kepulauan Meranti pada Acara
Pembukaan Festival Perang Air 2019, kegiatan ini sesungguhnya merupakan
kebiasaan dari masyarakat Kepulauan Meranti tempo dulu dalam menyemarakan Hari
Raya Idul Fitri dengan melakukan siram-siraman air. Berangkat dari kebiasaan
itulah, kemudian masyarakat Tionghoa mengadopsinya yang dikenal dengan “Cian
Cui” seperti saat ini. Diungkapkan oleh Bapak Bupati lagi bahwa meskipun
Kepulauan Meranti adalah kabupaten termuda di Provinsi Riau, namun Festival
Perang Air ini berhasil meningkatkan efek positif bagi masyarakat terutama di
bidang perekonomian, dengan meningkatnya okupansi hotel, rumah makan dan
transportasi becak motor yang ramai, tiket kapal yang terjual habis,
pedagang-pedagang kecil yang menyediakan kantung-kantung air sebagai "senjata" untuk dijual, sampai
padatnya pusat-pusat perbelanjaan yang tentunya sangat menguntungkan
masyarakat.* (WONN)
Foto-foto:
@SKM
@SINKAPdotcom
@cakaplahdotcom
@travelingyukdotcom
Comments
Post a Comment