Unit Bimbingan & Konseling - Sekolah Kasih Maitreya Selatpanjang - Riau

Hello again! How are you today? It has been wonderful talking to you all about the problems in life and how to cope with them. Actually, you must believe that all those problems ‘should exist’ in your life in order to make the better you. Don’t you think that being the better person day by day would be an amazing process in your life? Would you like to see that one day in future you’ll become the winner after passing all those testing paths? It’s of course, YES, isn’t it? Now then, please always be cautious in time when we are facing the tough moments. Sometimes there are many things happen alongside of them, too, as if those things will become some distractions to be got rid of as soon as possible. As humans, we might not realise that those things, perhaps, would become some advantages to deal with them as well so as to resolve our real problems! Let’s imagine this: You have got a problem. In this case, you must submit a home-exam that has got a tight deadline and the due...

Have you ever heard that to maintain our brain to keep healthy, we have to give it ‘nutrition’ as well, that is by reading regularly? Perhaps, you have heard about that, haven’t you? Well, first of all, how many pages per day or how many books per week that preferably we must read? I believe that there is no specific rule on how many pages or how many books we must read in a regular basis. To my knowledge, however, 15 minutes reading time a day is enough! It could be emphasised here that we read for 15 minutes with full concentration! Why it has to be in a deep concentration? Actually, our brain could have full concentration only 15 minutes during the reading time. So it seems that our maximum capacity to cope with the complete understanding through what we are reading is only 15 minutes, too.   Therefore, 15 minutes reading practice with full attention is recommended in a day-to-day basis. Consecutively after 15 minutes reading, what will happen then? It is more like...

Apa benar Indonesia pernah mendapat rangking sebagai negara paling korup? Apa benar sistem pendidikan di Indonesia dikatakan sebagai sistem pendidikan yan g buruk di dunia? Jika benar, maka hal ini sangat disayangkan sekali. Mengapa? Karena Indonesia adalah negara yang dikatakan sangat agamis dan negara yang sangat menjunjung moral dan etika! Memikirkan masalah-masalah besar bangsa kita, bangsa Indonesia, seperti masih banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merajalela di segala lini kehidupan atau pun masalah-masalah kenakalan remaja, bahkan kasus-kasus kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) yang semakin hari kian merebak saja, membuat kita sedemikian prihatinnya. Sebagai pendidik, orangtua serta sebagai warga masyarakat yang merindukan hidup yang aman, tenteram dan damai, kita wajib urun rembug mengenai masalah-masalah terbesar bangsa ini. Sekurang-kurangnya mencari penyebab utama dan solusinya sehingga masalah-masalah itu bisa menurun dan dih...

Menurut Indeks Persepsi Korupsi 2017, Indonesia berada di urutan 96 (jika diurut dari negara paling bersih ke paling korup) dari 180 negara. Dan melansir dari data yang dikeluarkan oleh The World Economic Forum (WEF), Indonesia memiliki skor indeks korupsi sebesar 37 dan berada di peringkat 80 dunia (jika diurutkan dari negara paling bersih ke paling korup). Ini tentu masih sangat buruk, apalagi jika skor sempurna ada di poin 100. Kita pasti bertanya-tanya, kenapa ya, begitu banyak fenomena pejabat pemerintah dan malahan wakil rakyat yang dengan entengnya mau mencuri uang rakyat dan/atau uang negara yang notabene bukan haknya, alias harta haram? Apakah mereka tidak takut sedikit pun? Bisa juga para pemimpin ini TERLUPA dan LALAI. Ada di antara para pemimpin di negara ini yang semasa mudanya adalah aktivis mahasiswa dan mahasiswi yang penuh idealisme. Mereka bahkan sangat terlatih untuk memimpin demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang masif untuk menuntut keadilan dite...

Tasik tak mampu menghalau dahaga Bagi penjelajah ilmu segala Hanya sang tanpa nama yang mampu menjabarkan angka dan aksara Serta menempah akhlak mulia Banggalah ia yang menjadi mangsa jembatan Bahagialah ia walau tanpa nama Seharusnya! Namun yang terlihat di kelopak mata Hanya sajak rindu dan luka Tangis – air mata ditelan begitu saja Karena dipandang sebelah mata Letih yang tak kunjung mati Bukanlah bibit racun hati Tapi akhlak penerus bangsa ini Mulai cacat dan merugi Hanya saja bagi sang tanpa nama Walau asap mengepul di dada Tak juga ingin menyerah Tak ingin putus asa Ia tetap menjembatani anak bangsa Menuju ke mimpi indahnya Walau bertubi gejolak rasa Bertubi masalah Dijatuhi tatapan nista Dan tanpa tonggak penyangga Ia tak akan menyerah Tak akan memalingkan wajah Walau tanpa nama Selatpanjang, November 2018 *Juara I Lomba Cipta Puisi Tingkat Sekolah Kasih Maitreya Selatpanjang -   Dalam ...

Tuhan mengisyaratkan bahwa setiap anak yang terlahir adalah dalam keadaan “fitrah” (suci). Tapi memang tidak dapat dipungkiri juga bahwa selain faktor genetik dan nutrisi, lingkunganlah (keluarga, sekolah, masyarakat) yang lebih banyak berperan dalam pembentukan kecerdasan dan karakter anak. Kita percaya bahwa Tuhan telah menciptakan setiap makhluk-Nya dalam keadaan sempurna dan proporsional. Jadi sebenarnya adanya istilah “anak pintar”, “anak cerdas”, “anak bodoh”, atau istilah “anak idiot” adalah hanya pelabelan yang kita berikan pada anak-anak kita. Bahkan, anak yang terlahir cacat sekali pun di mata Tuhan dia adalah manusia yang sempurna karena Dia Maha Pencipta dan Dia Maha Tahu tujuan dari setiap penciptaan. Mungkin dengan kecacatannya itu sang anak akan menjadi seorang yang lebih taat beribadah kepada Tuhannya atau menjadi hamba-Nya yang lebih bersyukur dan bersabar dalam hidup ini? Jadi perlu dipahami bahwa setiap anak yang terlahir di dunia ini adalah spesial. Se...

Siapa yang tak pernah dengar Yogyakarta dengan sebutan sebagai “kota pelajar”? Boleh dibilang, kota Yogyakarta adalah surganya pelajar dan mahasiswa, dari segi pemenuhan kebutuhan dan kehausan akan ilmu dan pengetahuan, dan juga dari keramahan kotanya sehingga menjadi cocok sebagai kota tempat menimbah ilmu. Saya pun merekomendasikan kota Yogyakarta untuk menjadi pilihan yang terbaik sebagai tempat menempuh pendidikan/menuntut ilmu. Selain pilihan kampus untuk berkuliah sebegitu banyaknya sekarang, baik kampus negeri maupun swasta, kota Yogyakarta juga menawarkan nuansa hidup dan nuansa pendidikan yang khas. Apakah itu? Belajar di Yogyakarta, kita akan dimanjakan dengan biaya hidup yang lumayan murah, mulai dari makanan hingga biaya akomodasi, semua bisa terjangkau menurut hitungan normal. Pusat-pusat kuliner bagaikan jejeran semut di setiap sudut kota. Kehidupan yang bersahaja dari para penduduk kota menjanjikan kehidupan yang aman, nyaman, dan tenteram, meskipun dipenuhi den...

How is life? Have you ever experienced feeling so exhausted of problems that you have been passing through as well as feeling so hopeless that your life was full of ‘rubbish’ and useless? It is ‘normal’ to feel that way in a certain level of stressed you may come across though; however, please get rid of those feelings as soon as possible because they are only blocking your consciousness to always be strong in order to get a way out of them. It is like ‘a big stone’ that completely distracts you from seeing the valuable things in your life; seeing entirely how precious your life is. Do you dare destroying your valued life just because of these distressed temporary situations? Please note that your desperate moments may only be impermanent situations. It may utterly disappear if you eager to dispose them. In spite of that, it is a gain if you finally have a belief that you can live your life as a life that would be a stress-free life. The other step is waiting for you after...

Hello… Do you know one of the Japanese habit when they are waiting for the trains in the train station or while waiting for public transportation  on their way to work? They will spend the waiting time to read! Yes, Japanese habit regarding reading is incredibly amazing. Not only will they read in the train station, but also in every place when they have got chances to read, such as in the bus station, at the airport, or in the dentist’s waiting room, at home, at the book store and so on. What they read? They read everything: books, magazines, comics, newspapers, etc. Why is reading so important for the Japanese people? We might have known that Japan is the fastest-growth country in Asia. Japan is also well known as a ‘Tiger of Asia’. It is said that the Japanese culture would allow people only doing the best thing in their lives. There is also what so-called the shame culture for the Japanese when they failed to do the best. It means that, shortly, they always striv...

Ada yang berani terima tantangan menyeberangi 'jembatan’ seperti yang dilakukan oleh anak-anak sekolah di foto ini? Sudah banyak kisah-kisah heroik bagaimana kegigihan anak-anak sekolah di berbagai sudut negeri kita tercinta ini melalui berbagai tantangan dan hambatan demi untuk menempuh pendidikan yang terasa sangat mahal itu. Memang pendidikan itu sangat 'mahal', karena untuk menyongsong masa depan yang lebih baik dan cerah, semua anak Indon esia akan berjuang mati-matian untuk bertarung nyawa demi menempuh pendidikan yang dibutuhkannya. Contohnya seperti yang kita lihat di foto ini! Jadi teringat kisah ayah saya tempo dulu yang harus berangkat ke sekolah pada pukul 4 dini hari karena jarak yang harus ditempuh ke sekolah sangatlah jauh, antara lain melewati hutan-hutan belantara yang kalau diingat sekarang tentulah sangat mengerikan karena mereka harus hati-hati pula dengan serangan binatang buas yang sewaktu-waktu bisa menerkam. Itu pun ditempuh dengan berja...

Learning to love with the unselfishness is not easy because this is contrary to our nature. That is why we are given the time to learn throughout our lives in a family. (Family DISCovery) One may think that to nurture children, every parent has already had the instincts on how to raise their children. Yes, less and more, there is nothing wrong about this point of view. On the contrary, we can see how many children are taught and brought up in the wrong and inappropriate ways; how many cases that children experience violence in the home by their parents and/or by the other family members? Or even the worse things might occur: the parents do not care about their children in any way. As a result, we may see that so many children turn out to be broken home children. In response to the awareness of the important thing about how to bring up children in the more multifaceted environments and some challenging situations nowadays, here is a brief note about the 5 stages of chi...

Sangat menarik mencermati salah satu pernyataan dari Pak Mario Teguh di atas, “Karir Saya adalah Keluarga...” Meskipun belum mendengar penjelasan langsung dari beliau tentang hal ini, namun saya sedikit tergelitik untuk membahasnya (secara singkat saja). Kalau dulu kita pernah menyaksikan acara motivasi di Metro TV yang bertajuk “Golden Ways” dan juga acara “The Golden Ways” di Kompas TV, maka tentu saja nama Mario Teguh sudah tidak asing lagi bagi kita. Ya, beliau adalah seorang motivator nasional dan seorang CEO perusahaan konsultan bisnis. Saya sendiri sudah pernah berkesempatan bertemu langsung dengan beliau ketika meng hadiri acara Tapping TV Show (Golden Ways) di Grand Studio Metro TV di Jakarta. Wah, waktu itu rasanya senang sekali bisa bertatap muka dengan beliau dan juga sempat mengajukan beberapa pertanyaan serta sempat diwawancarai untuk dimunculkan di akhir acara program tersebut sebagai peserta yang memberikan testimoni acara beliau. Ya, di acara tapping sehari...